Penulis : Kezia Putri, MMT, MTA, MT-BC
Editor : dr. Tara P. Sani, MSc & Liana Carolin
Penyakit COVID-19 yang saat ini menjadi wabah di seluruh dunia telah memaksa penduduk dunia untuk mengurangi kegiatan di luar rumah. Musik dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental selama periode social distancing ini.
Keterlibatan aktif dalam bermusik dapat membantu para lansia dengan demensia untuk mempertahankan orientasi waktu pada masa sekarang, berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang terdekat, dan menimbulkan rasa bahwa dirinya dilibatkan dalam suatu hal, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan mood.
Beberapa kegiatan musik yang bisa dilakukan oleh para lansia dan caregivers adalah mendengarkan dan/atau bernyanyi bersama lagu-lagu yang dahulu sering didengar atau dinyanyikan oleh para lansia. Lagu-lagu ini bisa merupakan lagu-lagu dengan bahasa yang sering digunakan oleh lansia tersebut (seperti bahasa daerah, Mandarin, Belanda, Inggris, dsb.), lagu-lagu dari artis yang sering ia dengarkan pada masa mudanya, atau lagu-lagu religi sesuai dengan kepercayaan. Agar dampak yang dihasilkan dari kegiatan ini signifikan, para pendamping juga perlu terlibat dalam bermusik dengan berdiskusi seputar lagu atau artis tersebut. Contohnya dengan mendiskusikan seputar lirik, bagian mana dari lirik lagu tersebut yang paling disukai atau kurang disukai? Lagu mana yang merupakan lagu favorit dari artis tersebut? Apakah ada kejadian di masa lampau yang terlintas saat mendengarkan lagu tersebut? Apa pesan di balik lagu tersebut yang bisa diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari?
Kegiatan musik lainnya yang bisa dilakukan bersama lansia adalah menari dengan iringan musik atau melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti peregangan dengan iringan musik. Untuk para lansia yang memang memiliki kemampuan memainkan alat musik, berlatih secara ringan bersama dengan keluarga atau caregiver, dapat membantu menstimulasi otak dan menjalin interaksi. Kegiatan musik juga dapat dilakukan secara intergenerasional. Contohnya, para lansia mengajarkan cara memainkan alat musik kepada cucunya, atau menari dan bernyanyi bersama dengan cucu dan anak-anaknya.
Khusus para caregivers, untuk menjaga kesehatan jiwa selama memberikan dukungan kepada para lansia, kegiatan bermusik dapat dilakukan dengan cara belajar memainkan alat musik untuk rekreasi, menulis lirik lagu, bernyanyi, merancang Purposeful Playlist, dan melakukan Purposeful Music Listening.
Purposeful Playlist adalah sebuah playlist lagu yang dirancang secara mandiri oleh setiap orang sesuai dengan emosinya saat itu dan emosi yang ingin dicapainya. Purposeful Playlist dimulai dengan lagu yang merepresentasikan emosi yang dirasakan, dan diakhiri dengan lagu yang merepresentasikan emosi yang ingin dituju. Tugasnya kemudian adalah meletakkan lagu-lagu di antara dua lagu ini yang suasananya secara bertahap berganti dari lagu pertama hingga lagu terakhir. Jumlah lagu di antara lagu awal dan akhir disesuaikan dengan keperluan tiap orang. Bila terlalu pendek maka perpindahan emosi lagu akan terlalu cepat dan sulit untuk diri kita mengikuti pergerakan emosi tersebut. Namun, bila terlalu panjang, ada kemungkinan kita dapat kehilangan konsentrasi atau bosan di tengah-tengah mendengarkan playlist tersebut.
Purposeful Music Listening adalah kegiatan mendengarkan sebuah lagu secara detil dan mindful. Saat mendengarkan lagu tersebut, cobalah untuk memperhatikan naik turunnya nada, besar kecilnya volume suara, pergantian tempo lagu, dan detil musik lainnya. Anda juga bisa secara intensional memutar lagu yang bertempo lambat dan bernuansa tenang, dan mendengarkannya sembari menyamakan pernafasan dengan tempo lagu tersebut.
Demikian kegiatan-kegiatan musik yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan jiwa selama masa social distancing di rumah bersama para lansia. Hal terpenting dari bermusik untuk para lansia dan caregivers adalah agar kita melakukannya secara intensional. Artinya, kita betul-betul meluangkan waktu dan perhatian penuh untuk kegiatan ini, sehingga manfaat yang dirasakan juga signifikan.
Tentang penulis:
Kezia Putri adalah seorang terapis musik yang saat ini bertugas sebagai dosen koordinator peminatan Terapi Musik di Conservatory of Music, Universitas Pelita Harapan