Artikel

Gangguan Afasia pada Demensia


Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang berhubungan dengan kemampuan bahasa. Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan berbicara, menulis, dan memahami bahasa lisan maupun tulisan. Pada orang dengan demensia, biasanya gejala afasia dapat terjadi secara bertahap.

Jenis dan Gejala Afasia pada Demensia

Terdapat beberapa jenis afasia pada demensia, dikategorikan berdasarkan area otak yang mengalami kerusakan:

  • Afasia ekspresif: Kesulitan berbicara dengan lancar dan koheren, ditandai dengan menggunakan kalimat pendek, ragu-ragu, dan pemilihan kata yang tidak tepat.
  • Afasia reseptif: Kesulitan memahami bahasa lisan, terlihat kebingungan saat mendengarkan orang lain, sering salah interpretasi instruksi, atau kadang berbicara lancar namun tidak masuk akal.
  • Afasia global: Sangat kesulitan dalam berbicara dan memahami bahasa lisan maupun tulisan, dengan kemampuan komunikasi yang sangat terbatas.

Dampak Afasia pada Kehidupan Orang Dengan Demensia

Afasia dapat membawa dampak signifikan pada kehidupan orang dengan demensia, mengganggu komunikasi dan interaksi sosial mereka dengan orang terdekat. Dampak tersebut meliputi:

  • Kesulitan dalam bekerja dan beraktivitas: Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif dapat menghambat kemampuan bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Isolasi sosial: Kesulitan berkomunikasi dapat menyebabkan frustasi dan penarikan diri dari interaksi sosial, berakibat pada isolasi sosial dan kesepian.
  • Depresi dan kecemasan: Gangguan komunikasi dan keterbatasan sosial dapat memicu depresi dan kecemasan pada penderita demensia.
  • Beban bagi caregiver: Merawat orang dengan demensia yang memiliki gejala afasia dapat menjadi beban tersendiri dan membutuhkan kesabaran serta strategi komunikasi yang tepat.

Penanganan Afasia pada Demensia

Saat ini belum ada obat untuk afasia, tetapi ada beberapa metoda perawatan yang dapat membantu orang dengan kondisi ini untuk berkomunikasi lebih efektif,  diantaranya :

  • Terapi bicara: Terapi bicara dapat membantu orang dengan afasia belajar cara berkomunikasi dengan lebih efektif. Terapis bicara dapat membantu mereka menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang mereka maksud, dan terapis juga dapat membantu mereka belajar cara menggunakan strategi kompensasi untuk mengatasi kesulitan mereka.
  • Perangkat bantu komunikasi: Ada berbagai perangkat bantu komunikasi yang tersedia untuk membantu orang dengan afasia, seperti papan gambar dengan simbol dan gambar, perangkat lunak teks-ke-ucapan, dan aplikasi smartphone.
  • Dukungan kelompok orang dengan afasia: Dukungan kelompok dapat memberikan orang dengan afasia kesempatan untuk terhubung dengan orang lain yang mampu memahami apa yang mereka alami atau rasakan. Kelompok ini dapat menjadi sumber informasi dan memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh mereka.

Keluarga atau caregiver juga berperan penting dalam mendukung orang dengan demensia yang mengalami afasia. Berikut tips sederhana yang dapat dilakukan dalam mendampingi mereka :

  • Bersabar dan Memberikan Dukungan: Memahami keterbatasan kemampuan komunikasi mereka, menunjukkan empati, dan memberikan dukungan emosional.
  • Gunakan Komunikasi yang Jelas dan Sederhana: Berbicara dengan perlahan, jelas, dan menggunakan kalimat pendek serta istilah yang mudah dimengerti.
  • Gunakan Komunikasi Non-Verbal: Gunakan ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan isyarat untuk membantu memahami maksud komunikasi dan isi percakapan.
  • Berikan Peluang untuk Bersosialisasi: Bantu mereka untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan komunitas, meskipun dengan cara yang terbatas, untuk mencegah terjadinya isolasi sosial.
  • Bergabung dengan Komunitas Caregiver: Dorong keluarga dan caregiver untuk bergabung dengan kelompok dukungan untuk orang dengan demensia dan afasia, agar bisa mendapatkan informasi, berbagi pengalaman, dan saling menguatkan.

Kesimpulan

Gangguan afasia pada orang dengan demensia dapat menjadi kondisi yang menyulitkan, namun dengan perawatan dan dukungan yang tepat, orang dengan kondisi ini dapat belajar untuk berkomunikasi secara efektif dan menjalani kehidupan yang berkualitas.

Artikel ini disusun oleh : Muhana Fawwazy Ilyas, S.Ked. pada 31 Mei 2024

Referensi