Artikel

Kurangnya Edukasi : Faktor Risiko Demensia


Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk kesehatan kognitif seseorang sepanjang hidupnya. Karena otak kita sebagian besar dibentuk oleh pengalaman, maka proses belajar sejak masa kanak-kanak dapat memengaruhi kesehatan otak kita secara permanen.

Pengalaman belajar yang berkualitas dan menyenangkan di usia dini dapat memperkuat ketahanan otak terhadap kerusakan akibat penyakit neurodegeneratif seperti demensia. Penelitian menunjukkan bahwa setiap kali kita belajar, sel-sel otak membentuk sinaps, yaitu koneksi baru antar sel saraf. Koneksi ini membangun jaringan sirkuit yang kompleks, yang berperan dalam memproses informasi, berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah. Semakin sering otak distimulasi dengan aktivitas belajar, semakin banyak sinaps yang terbentuk. Hal ini berkontribusi pada peningkatan cadangan kognitif, yaitu kemampuan otak untuk tetap berfungsi meskipun mengalami kerusakan atau penuaan. Dengan kata lain, belajar sejak dini bukan hanya membekali kita dengan ilmu, tetapi juga memperkuat fondasi kesehatan otak jangka panjang.

Bagaimana Pendidikan yang Minim Dapat Mempengaruhi Kesehatan Otak?

  1. Kurangnya stimulasi mental: Minimnya pendidikan sering kali membuat otak kurang terbiasa menghadapi tantangan kognitif, seperti berpikir kritis atau memecahkan masalah. Akibatnya, otak menjadi lebih pasif dan lebih cepat mengalami penurunan fungsi seiring bertambahnya usia.
  2. Cadangan kognitif yang lebih rendah: Individu dengan tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki lebih sedikit koneksi antar sel saraf di otak. Hal ini menyebabkan cadangan kognitif (kemampuan otak untuk bertahan terhadap kerusakan) menjadi lebih lemah, sehingga risiko mengalami demensia pun meningkat.
  3. Kurangnya kesadaran akan gaya hidup sehat: Pendidikan yang terbatas juga berdampak pada pemahaman tentang pentingnya nutrisi, olahraga, dan manajemen stres. Ketidaktahuan ini bisa meningkatkan risiko penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan pembuluh darah, yang semuanya berkaitan erat dengan penurunan fungsi otak.

Langkah untuk Mengurangi Risiko Demensia Terkait Kurangnya Pendidikan

Untuk menurunkan risiko demensia yang berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan, ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan:

  • Mendorong pendidikan sejak dini: Anak-anak perlu mendapatkan akses terhadap pendidikan yang berkualitas agar sejak awal mereka memiliki cadangan kognitif yang kuat.
  • Mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat: Orang dewasa dianjurkan untuk terus belajar melalui membaca, mengikuti pelatihan, atau mempelajari keterampilan baru, guna menjaga fungsi otak tetap aktif.
  • Melibatkan diri dalam aktivitas kognitif: Kegiatan seperti bermain puzzle, catur, belajar bahasa asing, atau aktivitas intelektual lainnya dapat merangsang otak dan memperkuat koneksi antar sel saraf.
  • Meningkatkan literasi kesehatan: Edukasi tentang pola makan bergizi, pengelolaan stres, dan pentingnya aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kesehatan otak secara menyeluruh.


Minimnya pendidikan tidak hanya berdampak pada aspek sosial dan ekonomi, tetapi juga berkontribusi sebagai faktor risiko utama dalam perkembangan demensia. Tingkat pendidikan yang rendah dapat memperkecil cadangan kognitif, mengurangi stimulasi mental, dan memperbesar peluang munculnya kebiasaan hidup tidak sehat. Oleh karena itu, investasi pada pendidikan dan stimulasi otak secara berkelanjutan, dimulai dari masa kanak-kanak hingga lanjut usia, adalah strategi penting untuk menjaga kesehatan otak dan menurunkan risiko demensia di masa depan.

Referensi:

https://www.neurology.org/doi/10.1212/01.wnl.0000277456.29440.16

https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/does-higher-learning-combat-dementia

https://www.alz.org/news/2021/higher-ed-lower-risk

https://www.cam.ac.uk/research/news/why-more-education-lowers-dementia-risk

Penulis: Neha Ninad Shinde, Semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

20 April 2025