Dengan terus menuanya penduduk dunia, dalam beberapa dekade terakhir, perhatian dunia semakin besar terhadap demensia, khususnya demensia Alzheimer. Lebih dari seratus tahun berlalu sejak penyakit Alzheimer ditemukan oleh Alois Alzheimer (1906), dan kita belum menemukan
obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini. Saat ini, terdapat beberapa jenis obat-obatan yang bersifat memperlambat proses perburukan penyakit, namun belum dapat menghentikannya ataupun mengembalikan fungsi otak ke kondisi semula.
Peneliti di seluruh dunia termasuk di negara-negara maju terus melakukan berbagai penelitian untuk dapat lebih memahami penyakit ini. Namun, sampai saat ini, kita belum benar-benar memahami penyebab sesungguhnya demensia Alzheimer. Teori yang paling popular adalah hipotesis
amyloid, yaitu dugaan bahwa penumpukan abnormal dari protein amyloid adalah penyebab dari gejala-gejala yang muncul pada penyakit Alzheimer.
Hipotesis amyloid ini menjadi dasar dilakukannya berbagai percobaan untuk menemukan obat yang bermanfaat untuk menyembuhkan atau setidaknya menghentikan proses perburukan penyakit Alzheimer. Berbagai obat-obatan dikembangkan untuk menghentikan penumpukan plak atau menyerap amyloid yang menumpuk di otak. Sayangnya, satu demi satu obat-obatan ini gagal menunjukkan manfaatnya. Kabar terkini di awal tahun 2019, uji terhadap aducanumab, obat yang diharapkan dapat menjadi jawaban bagi penyakit Alzheimer, dihentikan karena tidak menunjukkan efektivitas untuk penyakit ini. Artinya, perjalanan untuk menemukan obat bagi penyakit Alzheimer masih panjang.
(dr. Tara P. Sani, MSc)