Artikel

Nutrisi untuk ODD


Panduan asupan nutrisi yang disarankan untuk ODD, pada prinsipnya, meliputi saran gizi seimbang. Prioritaskan jenis makanan yang dimasak sendiri, bukan dairy product, dan mengandung beberapa komponen zat gizi mikro yang esensial.

Menurut Dietary and Lifestyle Guidelines for the Prevention of Alzheimer’s Disease oleh Neil Barnard, dan kawankawan, panduan jenis makanan dan asupan nutrisi yang disarankan mencakup sebagai berikut:

1. Kurangi asupan makanan tinggi lemak (saturated fats dan trans fat).

2. Utamakan konsumsi asupan makanan tinggi serat seperti sayur, kacang-kacangan, buah, dan gandum utuh. Pilihan makanan tinggi serat ini untuk membantu mengurangi konsumsi daging, produk olahan susu, dan bahan makanan olahan berpengawet.

3. Asupan vitamin lengkap utamakan dari konsumsi makanan, sebelum mencari sumber multivitamin dari suplemen. Tentu saja, semua vitamin dibutuhkan tubuh, tetapi untuk lansia terutama ODD, penting untuk memastikan kecukupan asupan vitamin-vitamin berikut ini:

• Vitamin E.

Data dari Chicago Health and Aging Project membuktikan, konsumsi makanan tinggi vitamin E dapat mengurangi risiko Alzheimer. Penelitian di Belanda (2010) menunjukan konsumsi makanan tinggi vitamin E menurunkan risiko demensia. Tidak saja membantu mengurangi atau memperlambat keparahan penyakit, tetapi juga dapat membantu mencegah dan menurunkan risiko kerusakan kognitif.  Vitamin E mengandung tocopherols dan tocotienols yang berfungsi meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol, dan meningkatkan fungsi otak. Jenis makanan yang mengandung vitamin E dapat diperoleh pada minyak kelapa sawit, kacang-kacangan, serta beberapa jenis buah dan sayur, di antaranya, mangga, pepaya, avokad, tomat, paprika merah, dan bayam.

• Vitamin B6 atau Piridoksin.

Bermanfaat memperkuat fungsi otak dan daya ingat, dengan cara membantu memproduksi neurotransmiter atau senyawa kimia yang bertugas mengirimkan pesan dan sinyal memori otak. Penelitian menunjukkan, lansia yang sudah menderita demensia biasanya mengalami kekurangan vitamin B6. Banyak sumber makanan yang tinggi vitamin B6 dari jenis sayuran hijau, seperti brokoli, bayam, kacang-kacangan, gandum utuh, pisang, dan ubi manis. Ikan dan daging ayam juga merupakan sumber vitamin B6.

• Vitamin B12.

Sangat penting untuk menjaga kesehatan otak dan sistem saraf, serta membantu pembentukan sel darah merah. Selain itu, vitamin B12 juga dapat membantu mencegah penurunan volume otak, masalah yang sering dijumpai pada lansia dan dapat meningkatkan risiko demensia. Meskipun banyak terdapat pada produk-produk sereal sarapan, namun dianjurkan apabila lansia atau ODD masih dapat makan seperti biasa, sebaiknya mencari sumber Vitamin B12 dari jenis makanan seperti: daging (terutama daging sapi), hati, ayam (terutama bagian dada), ikan, dan susu nabati. Namun, biasanya lansia sering mengalami gangguan pencernaan, sehingga beberapa komponen vitamin, termasuk vitamin B12 akan sulit diserap, sehingga suplemen atau produk sereal bisa menjadi pilihan.

• Asam Folat.

Berperan penting dalam memproduksi sel darah merah dan DNA. Asam folat juga berperan memecah rangkaian protein untuk metabolisme tubuh. Protein sangat penting untuk otot. Sumber makanan utama yang mengandung asam folat adalah sayuran hijau (terutama bagian daun), blewah, buah-buahan sitrus, juga produk-produk roti dan serealia.

• Omega-3 (PUFA).

Pada manusia, Omega-3 tidak dapat disintesis atau diproduksi secara alami oleh tubuh, padahal zat gizi ini sangat dibutuhkan, terutama untuk otak. Bagian korteks serebral yang memegang peranan penting dalam fungsi otak, sangat membutuhkan Omega-3. Itu sebabnya sangat penting bagi lansia dan ODD untuk memilih sumber makanan yang kaya Omega-3, misalnya, ikan (salmon, tuna, sarden) serta minyak ikan.

• Antioksidan.

Bermanfaat melindungi sel-sel tubuh -termasuk sel otak- dari serangan radikal bebas yang memperberat serta memicu risiko demensia. Buah dan sayuran berwarna cerah merupakan sumber antioksidan. Dianjurkan agar lansia mengonsumsi jeruk, apel, pir, serta beberapa bumbu masak seperti kayu manis, kunyit, dan jahe untuk memastikan asupan antioksidan tercukupi. Buah-buahan bisa dikonsumsi berganti-ganti setiap hari. Bisa dibuat jus, atau dimakan sebagai selingan di antara waktu makan.

Untuk beberapa bumbu seperti jahe dan kayu manis, bisa disajikan dalam bentuk minuman tradisional. Zat cinnamaldehyde pada kayu manis efektif membantu mengontrol dan menyeimbangkan hormon dalam tubuh, hal ini penting pada lansia. Jahe juga merupakan antioksidan yang baik karena kandungan oleoresin berfungsi menangkap radikal bebas. Selain itu kandungan mineral (terutama potassium) pada jahe juga terbukti memberi manfaat relaksasi (antidepresi).

• Ikan.

Sumber protein hewani yang baik karena rendah lemak jenuh. Kandungan Omega-3 dan DHA pada ikan mendukung fungsi otak. Penelitian terbaru yang dilakukan Akshay Goel, dan kawankawan, mengonsumsi ikan secara teratur 3-4 kali seminggu, komponen EPA dan DHA pada ikan akan melindungi membran fosfolipid pada jantung dan otak, sehingga membantu mencegah depresi, demensia, dan menurunkan risiko kerusakan sel otak.

4. Penyajian dan pengolahan

Meskipun metode perebusan banyak disarankan dan membantu membuat makanan lebih lunak -terutama untuk lansia yang memilih gangguan motor (sulit mengunyah dan menelan) atau pada kondisi lanjut (late stage/severe dementia) ODD mengalami feeding apraxia (lupa mengunyah dan menelan makanan)- merebus makanan justru berpotensi membuat Vitamin B komplek menjadi lebih mudah hilang.

Dianjurkan, saat memasak sayuran, buanglah terlebih dahulu bagian yang keras dan tidak dapat dimakan, cuci sebelum dipotong-potong agar ketika merebus tidak memakan waktu terlalu lama dan kandungan vitamin dan mineral dapat bertahan. Dalam proses merebus, sangat penting untuk menggunakan sedikit air dan tidak terlalu panas, pastikan sayur yang direbus segera diangkat sebelum menjadi lembek dan berubah warna.

Salah satu kekeliruan yang sering ditemui dalam merebus adalah biasanya kita cenderung membuang kuah rebusan, padahal di kuah rebusan justru banyak residu vitamin yang larut dan bisa bermanfaat untuk tubuh. Sarannya, jangan membuang kuah atau air sisa rebusan, tetapi diminum atau disajikan bersama dengan sayur. Penambahan bumbu penyedap rasa juga tidak dilarang selama tidak berlebihan. Tetapi kalau bisa memberikan campuran bumbu yang juga kaya vitamin seperti bawang, jahe, dan rempah dedaunan, jauh lebih baik daripada penyedap rasa.

Memanggang sayur atau dibuat seperti sate tidak dianjurkan karena kerusakan vitamin menjadi lebih besar. Apalagi, dalam proses memanggang yang mengeluarkan asap dapat memicu zat yang disebut polycyclic carsinogenic aromatic hydrocarbon (PAH) yang bisa berpotensi memicu kanker apabila terlalu sering. Untuk sayur, ubi, dan kacang-kacangan sebaiknya diolah sesuai dengan ukuran untuk sekali habis dimakan dan tidak dianjurkan untuk menyimpan dan memanaskan lagi. Vitamin B dan Vitamin C jika dihangatkan berkali-kali akan berkurang drastis.

5. Membatasi asupan kalori total

Pada lansia dan ODD, tidak semata-mata untuk membatasi jumlah makan saja, tetapi yang terpenting adalah memaksimalkan jumlah asupan kalori dari makanan sehari-hari dengan memilih jenis makanan yang bisa mencukupi kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) setiap hari.

Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai membatasi asupan kalori, justru dapat menyebabkan malnutrisi, karena ODD mudah sekali terkena malnutrisi. Membatasi kalori pada lansia dan ODD terbukti dapat memberi efek yang langsung terhadap pencegahan kerusakan dan penurunan fungsi kerja mikroglia (jenis sel pada otak yang bertugas sebagai sel imun untuk mempertahankan kerja sistem saraf pusat).

Namun, perkembangan ilmu di bidang nutrisi belakangan ini, merekomendasikan cara membatasi kalori bukan semata-mata mengurangi makanan sumber karbohidrat, tetapi mengatur variasi jenis makanan. Yang terpenting adalah mengombinasikan asupan karbohidrat dengan sumber makanan lain.

6. Menjaga kesehatan pencernaan

Sistem pencernaan merupakan pintu masuk semua makanan yang dibutuhkan tubuh, serta tempat mengolah, menyerap, dan mendistribusikan zat gizi ke seluruh tubuh. Kesehatan saluran pencernaan juga menjadi perhatian penting karena 80% sel-sel daya tahan tubuh terdapat di sistem pencernaan, yang dikenal dengan Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT).

Komposisi bakteri menguntungkan yang menghuni usus besar juga sangat penting perannya dalam memastikan fungsi otak. Perkembangan ilmu membuktikan adanya konsep gut-brain-axis atau komunikasi dua arah antara saluran cerna dan otak, sehingga apabila sistem pencernaan tidak sehat, maka pesan komunikasi yang dikirim ke otak juga menjadi tidak baik.

Pada ODD, kondisi ini dapat memperberat kondisi demensia. Untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan saluran cerna adalah dengan pemberian probiotik. Menambah asupan bakteri menguntungkan yang bertujuan untuk menstimulasi kolonisasi bakteri baik yang secara alami terdapat di saluran cerna, terutama usus besar.

Bakteri-bakteri menguntungkan (gut microflora) ini berperan penting dalam komunikasi dua arah otak dan saluran cerna, sehingga dengan memastikan adanya komposisi dan kolonisasi yang baik dengan pemberian probiotik, selain mempertahankan kesehatan saluran cerna, juga membantu kesehatan otak.

Prebiotik (makanan untuk bakteri menguntungkan) juga terbukti bermanfaat untuk kesehatan saluran cerna. Probiotik dapat diperoleh dari jenis makanan yang di fermentasi seperti yogurt, kimchi, kefir, kombucha, sop miso dan juga beberapa jenis asinan dan acar. Sementara prebiotik dapat diperoleh dari bawang, pisang, juga beberapa jenis akar-akaran (chicory). (Dr. dr. Ray Basrowi, MKK).